September 30, 2017

Mengenal Sosok Letkol Untung Dan Detik-detik Penangkapannya Bag:2

Letkol Untung Syamsuri dibawa ke Mahmilub atas (tuduhan) keterlibatannya dalam G30S (sumber: tribunnews.com)
Selanjutnya Gubernur Militer Kolonel Gatot Soebroto memerintahkan agar Batalyon Sudigdo dipindahkan ke Cepogo, di lereng gunung Merbabu.

Kemudian Kusman pergi ke Madiun dan bergabung dengan teman-temannya.


Setelah peristiwa Madiun (Pemberontakan PKI 1948), Kusman berganti nama menjadi Untung Sutopo dan masuk TNI melalui Akademi Militer di Semarang.


Letkol Untung Sutopo bin Syamsuri, tokoh kunci Gerakan 30 September 1965 adalah salah satu lulusan terbaik Akademi Militer.


Pada masa pendidikan ia bersaing dengan Benny Moerdani, perwira muda yang sangat menonjol dalam lingkup RPKAD.


Mereka berdua sama-sama bertugas dalam operasi perebutan Irian Barat dan Untung merupakan salah satu anak buah Soeharto yang dipercaya menjadi Panglima Mandala.


Untung dan Benny tidak lebih satu bulan berada di Irian Barat karena Soeharto telah memerintah gencatan senjata pada tahun 1962.


Sebelum ditarik ke Resimen Cakrabirawa, Untung pernah menjadi Komandan Batalyon 454/Banteng Raiders yang berbasis di Srondol, Semarang.


Batalyon ini memiliki kualitas dan tingkat legenda yang setara dengan Yonif Linud 330/Kujang dan Yonif Linud 328/Kujang II.


Kelak dalam peristiwa G30S ini, Banteng Raiders akan berhadapan dengan pasukan elite RPKAD di bawah komando Sarwo Edhie Wibowo.


Selanjutnya
1   2   3


Share:

Mengenal Sosok Letkol Untung Dan Detik-detik Penangkapannya Bag:1

Letkol Untung Syamsuri dibawa ke Mahmilub atas (tuduhan) keterlibatannya dalam G30S (sumber: tribunnews.com)
Gema Indonesia - Letnan Kolonel Untung bin Syamsuri adalah Komandan Batalyon I Tjakrabirawa yang memimpin Gerakan 30 September pada tahun 1965.

Ia lahir di Desa Sruni, Kedungbajul, Kebumen, Jawa Tengah pada 3 Juli 1926, wafat di Cimahi, Jawa Barat 1966.


Nama kecilnya adalah Kusman.


Ayahnya bernama Abdullah dan bekerja di sebuah toko peralatan batik di Pasar Kliwon, Solo.



Sejak kecil Kusman telah diangkat anak oleh pamannya yang bernama Syamsuri.


Untung adalah bekas anak buah Soeharto ketika ia menjadi Komandan Resimen 15 di Solo.


Ia merupakan Komandan Kompi Batalyon 454 dan pernah mendapat didikan politik dari tokoh PKI, Alimin.


Semasa perang kemerdekaan untung bergabung dengan Batalyon Sudigdo yang berada di Wonogiri, Solo.


Selanjutnya

1   2   3


Share:

Mengenal Sosok Letkol Untung Dan Detik-detik Penangkapannya Bag:3

Letkol Untung Syamsuri dibawa ke Mahmilub atas (tuduhan) keterlibatannya dalam G30S (sumber foto: tribunnews.com)
Setelah G30S meletus dan gagal dalam operasinya, Untung melarikan diri dan menghilang beberapa bulan lamanya sebelum kemudian ia tertangkap secara tidak sengaja oleh dua orang anggota Armed di Brebes, Jawa Tengah.

Letkol Untung Sutopo rupanya tidak seberuntung namanya, Tgl 11 Oktober 1965 dia yang saat itu sedang berusaha melarikan diri ke arah Semarang dengan menumpang kendaraan Bus justru mengalami nasib yang di luar perhitungannya.


Dia dikenali mukanya oleh dua tentara yang sama-sama sedang menumpang bus. Karena kaget dan ingin menghindar akhirnya dia melompat keluar bus.


Karena kecurigaan kedua tentara yang ada di dalam bus, Untung akhirnya dikejar hingga akhirnya tertangkap warga di sekitar Asem Tiga Kraton, Tegal.


Ketika tertangkap, ia tidak mengaku bernama Untung.


Anggota Armed yang menangkapnya pun tidak menyangka bahwa tangkapannya adalah mantan Komando Operasional G30S.


Setelah mengalami pemeriksaan di markas CPM Tegal, barulah diketahui bahwa yang bersangkutan bernama Untung.


Setelah melalui sidang Mahmillub yang kilat, Untung pun dieksekusi di Cimahi, Jawa Barat pada tahun 1966, setahun setelah G30S meletus.


Artikel di atas dikutip dari tribunnews.com

Sebelumnya
1   2   3



Share:

September 29, 2017

Kisah Kebiadaban PKI di Kanigoro, Ribuan Massa Bercelurit Serbu Masjid

Samsuka (80) warga Desa Kesamben, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, saksi sejarah peristiwa Kanigoro pada awal tahun 1965 (sumber foto: sindonews.com)
Gema Indonesia - Jejak-jejak kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) masih bisa dirasakan di Kediri dan Blitar. Tapi untuk merunut saksi sejarah aksi PKI tersebut sudah mulai meninggal satu per satu. Beruntung ada dua orang saksi sejarah pergolakan 1965 yang masih bisa menceritakan kekejaman PKI pada peristiwa Kanigoro awal tahun 1965. 

Kedua orang itu adalah Mohammad Ibrahim (75) warga Kota Kediri, dan Samsuka (80) warga Desa Kesamben, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. 

Ketika itu pada 10 Januari 1965, Mohammad Ibrahim masih berumur 22 tahun. Ibrahim muda adalah aktivis Pergerakan Islam Indonesia (PII), kala itu berafiliasi dengan Masyumi. 

Pada hari itu, Ibrahim bertugas menjadi satuan pengamanan kegiatan mental training (Mentra) PII se Jawa Timur. Rencananya Mentra PII digelar empat hari, 10-13 Januari 1965.

Perwakilan dari Madura, Jember, Banyuwangi, Madiun, Blitar, Ponorogo, sudah berdatangan sehari bahkan dua hari sebelum dimulai kegiatan Mentra. Hampir semua wilayah di Jawa Timur ketika itu mengirimkan wakilnya.

”Ada 125 pemuda dan pemudi. 27 orang adalah santri wanita,” tutur Ibrahim ditemui di Masjid Al Ikhlas Desa Ngadiluwih, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Kamis 28 September 2017. 

Ibrahim mengenakan, baju batik lengan panjang saat duduk bersila di teras Masjid Al Ikhlas Ngadiluwih. 

Dia dikelilingi jamaah salat zuhur. Mereka dengan tekun pula mendengarkan penuturan pria yang sudah puluhan tahun berjuang melalui PII tersebut. Menurut Ibrahim, lokasi pelaksanaan Mentra PII sengaja dipusatkan di rumah KH Said di Desa Kanigoro, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. 


PII tidak sembarangan memilih rumah KH Said. Pemilihan lokasi juga melalui observasi. Rumah KH Said di Kanigoro hanya berjarak 12 km dari Kota Kediri. Pada zaman itu, rumah KH Said juga sudah memiliki penerangan dari genset yang melimpah. 

”Ada musala (saat ini sudah menjadi Masjid Kanigoro). Ada Sekolah Rakyat Islam. Dan ada SMP Islam. Punya kelas-kelas. Semua sangat memadahi untuk Mentra PII,” tutur pria yang masih kuat mengemudikan mobil itu. 

Tetangga KH Said juga mendukung penuh Mentra PII. Mereka ada yang menyediakan rumahnya untuk kantor. Bahkan ada rumah warga dijadikan asrama putri. Hari pertama Mentra berjalan lancar. Kegiatan Mentra dipusatkan di madrasah. Biasanya dimulai dari Salat Subuh. Setelah itu berlanjut dengan pengajian, kajian, dan diskusi hingga malam. Kegiatan hingga hari ketiga berjalan lancar. 

”Setelah kami semua salat subuh pada hari keempat atau pada tanggal 13 Januari 1965, kami kedatangan tamu tak diundang. Saat itu ada pengajian,”. Ibrahim berhenti sejenak. Bibirnya mengatup sebentar. ”Ada ribuan, mungkin lima ribu orang mengepung kami,” katanya. 
”Ayo bunuh antek-antek nekolim. Ayo bunuh anak-anak Masyumi”. Teriakan massa bersenjatakan celurit benar-benar mengagetkan peserta Mentra. 

Ibrahim sebagai panitia pengamanan tidak bisa berbuat banyak. Untungnya peserta putri sudah pulang ke asrama. Massa itu mengatasnamakan Pemuda Rakyat, dan Barisan Tani Indonesia (BTI).

Semua orang tahu, bahwa itu organisasi underbow PKI. Massa PKI yang datang dari Kediri, Blitar, Tulungagung, ini dipimpin Ketua Pemuda Rakyat Kecamatan Kras Kabupaten Kediri bernama Suryadi. Wakil Suryadi bernama Harmono dari BTI.


Peserta yang berkumpul di masjid, madrasah dan tempat rapat Mentra benar-benar diuji mentalnya. Massa yang membawa celurit, parang, palu, tanpa ampun mengacak-acak lokasi Mentra. Mereka merampok barang-barang peserta. Dokumentasi, buku buku. 

Bahkan Alquran diinjak injak. Mereka menghina kitab suci umat Islam. Salah satu kata yang masih diingat Ibrahim, ”Iki lo (menunjukkan Alquran) yang membuat gudikan (penyakit gatal-gatal)".

Salah satu ulama yang mengisi pengajian, Kiai Jauhari, ayah kandung Gus Maksum, pendiri Pagar Nusa diseret dari masjid. 

Salah satu keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo Kediri itu dikeluarkan ke halaman sambil tangan diikat. Massa PKI bersorak gegap gempita menyaksikan Kiai Jauhari diseret dengan tangan terikat. 

Sementara peserta Mentra juga diikat tangannya. Ada satu orang yang diikat dengan yang lain. ”Pokoknya badan kami diikat. Mata kami tidak ditutup. Tapi kami tidak takut sedikitpun,” kata Ibrahim yang pada saat itu masih kuliah di Jakarta. 

Massa Pemuda Rakyat dan BTI ini lantas menggiring peserta Mentra ke suatu tempat. Ibrahim tidak tahu tempat tersebut. Tapi selama perjalanan melewati tegalan, mereka selalu diteror dengan kata-kata. ”Enaknya dibunuh dimana? Utang nyawa dibayar nyawa”. 

Ternyata massa PII dibawa ke Markas Polsek Kras. Pada saat itu Kapolsek bernama Kari. Suryadi lantas pidato. 

”Kami menyerahkan antek-antek Nekolim, Anak-anak Masyumi. Anti Nasakom, anti revolusi. Kami serahkan kepada pak polisi untuk ditindak lanjuti,” kata Suryadi ditirukan Ibrahim. Kapolsek Kari lantas menyampaikan terima kasih atas jasanya. ”Nanti kami tindak lanjuti,” ujar Kapolsek ketika itu seperti ditirukan Ibrahim. 

Kari lantas memerintahkan massa PKI untuk bubar. Setelah itu massa bergeser dari Polsek Kras. Tapi sepengetahuan Ibrahim, mereka sebenarnya tidak bubar. 

Massa PKI hanya pindah tempat. Beberapa saat kemudian, camat Kras bernama Sumadi tiba di Polsek Kras. 

Camat yang beraliran PNI tersebut menangis sambil meminta maaf kepada peserta Mentra. Dia merasa tidak bisa menjaga keamanan peserta Mentra. Sumadi kemudian meminta peserta melanjutkan mentra di Kompleks Haji Said.

”Ada sebagian yang melanjutkan Mentra, tapi ada yang sudah dijemput bapak-ibunya. Sejak itu pula kami sangat berhati-hati dengan PKI,” tutur Ibrahim.

Sementara menurut Samsuka sejak peristiwa Kanigoro kekejaman massa PKI makin menjadi. 

Hampir semua wilayah di eks Karesidenan Kediri menjadi basis PKI. Pada peringatan 17 Agustus 1965 misalnya, hampir semua jalan di Ngadiluwih, Kediri dipasang ratusan bendera palu arit. 

Demikian pula di Kabupaten Blitar. Atribut-atribut PKI juga terpasang di mana-mana. PKI juga sudah menancapkan kukunya ke Blitar selatan. Mereka menggelar aksi-aksi sepihak di Blitar. Salah satunya terjadi di persawahan H Azhari, Desa Ringinanyar. 

"Pas pak Azhari panen kacang, orang-orang miskin yang tergabung dalam Barisan Tani Indonesia (BTI) digerakkan oleh PKI. Mereka digerakan untuk meminta panen milik Pak Azhari. Satu orang bawa satu tangkai kacang tanah. Jumlah orang miskin sekitar 100 orang. Tokohnya bernama Langkir dari Dermojayan," tandasnya. 

Prolog G30 S PKIMenurut analisa Ibrahim, penyerbuan Kanigoro merupakan latihan PKI sebelum G30S PKI. Ini adalah prolog sebelum gerakan September 1965. Penyerbuan Kanigoro juga merupakan test case kekuatan di luar PKI. Sesungguhnya kekuatan yang masuk Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom) tidak bisa ”disatukan”. 

”Tidak mungkin yang bertuhan ketemu dengan yang tidak bertuhan. Contoh nila setitik rusak susu sebelanga. Nah ini dipaksakan. Yang baik-baik akhirnya jadi lemah,” tutur Ibrahim.


Penyerbuan Kanigoro telah memanaskan situasi di Kediri dan sekitarnya. Massa PKI terkosentrasi di Kediri bagian timur atau kawasan lereng Gunung Kelud. Kecamatan Ngadiluwih dan Kecamatan Kras terbelah menjadi dua. 

Wilayah barat Jalan Raya Kecamatan Ngadiluwih menjadi basis kelompok Islam. Sementara wilayah timur jalan raya yang menghubungkan Kediri-Tulungagung, menjadi basis kelompok merah. 

Pada malam hari, situasi jalanan Kecamatan Ngadiluwih menjadi mencekam. Warga tidak berani keluar rumah. Pos-pos pengamanan dijaga dengan celurit. 

”Warga Islam yang kebetulan tinggal di wilayah timur, pada malam harinya mengungsi ke wilayah barat. Masjid Al Ikhlas ini sebagai batasnya,” kata Ibrahim. 

Pascaperistiwa Kanigoro, kelompok kelompok Islam sudah saling berkoordinasi. Mereka tetap meminta aparat berwajib untuk mengusut penyerbu Mentra PII di Kanigoro. Pada Februari 1965, polisi akhirnya menangkap Suryadi. 

Dia dituduh sebagai provokator dan orang yang bertanggung jawab atas penyerbuan itu. Dari kelompok PII, polisi menangkap Anis Abiyoso dari tempat persembunyiannya. Anis adalah penanggung jawab kegiatan Mentra PII. 

Keduanya disidang bergantian hingga beberapa hari jelang pembunuhan Jenderal di Jakarta, 30 September 1965. Sidang Suryadi dan Anis akhirnya ditelan zaman. Pada Oktober 1965 awal, sidang Anis dan Suryadi dinyatakan ditutup. 

Setelah Pemerintah menyatakan PKI memberontak. Anis Abiyoso bebas, sedangkan Suryadi tak diketahui jejaknya. Anis disambut bak pahlawan. Dia diarak keliling Kota Kediri. Pada saat bersamaan, kekuatan PKI yang sudah mendominasi Kediri akhirnya lumpuh.

Pada 13 Oktober 1965, ada rapat besar di Alun-Alun Kediri. Kelompok Islam dari NU-Muhammadiyah, Masyumi dan lainnya, bersatu menyatakan perang. Gropyokan PKI (menggerebek) terjadi mana-mana. Massa bertemu massa PKI. Situasi tak terkendali terjadi beberapa hari. ”Setelah itu datang tim dari pemerintah mengendalikan situasi,” kata Ibrahim.


Artikel di atas dikutip dari sindonews.com

Share:

Tragis, Dikira masih Tidur, Ternyata 7 Orang Ini Tewas Dikursi Balai Desa

Jenazah tewas tergeletak di kursi (sumber foto: merdeka.com)
Gema Indonesia - Ikut rapat di balai desa, tujuh orang ini awalnya dikira tidur. Paginya diketahui ternyata sudah meninggal dunia dengan posisi tergeletak di kursi Balai Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Mereka diduga keracunan akibat menghirup karbon monoksida dari genset yang dihidupkan dalam ruangan tersebut.

Awalnya Kamis (28/9) terjadi mati lampu di desa tersebut. Sekitar pukul 20.00 WIB di Balai Desa digelar rapat yang dipimpin oleh kepala desa setempat membahas pelebaran jalan. Rapat selesai sekitar pukul 23.30 Wib.

Sekitar pukul 23.30 Wib, datang 2 orang petugas dari sebuah operator seluler dan 5 orang pekerja bangunan berupaya menyalakan genset Desa Ngadas. Karena memang kondisi gelap gulita karena listrik padam.




Jumat (29/9) pukul 06.30 Wib, Kepala Desa setempat menerima laporan kalau 7 orang tersebut belum bangun dari tidurnya. Saat dilakukan pengecekan, mereka sudah dalam kondisi meninggal dunia. 

"Langsung dicek di lokasi, ternyata ke-7 orang tersebut sudah meninggal dunia. Selanjutnya Kepala Desa Ngadas melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Poncokusumo," kata Ipda Ahmad Taufik,di Malang, Jumat (29/9). 

Hasil olah TKP korban diduga menghirup CO (Carbon Monoksida) dari asap genset dan kekurangan O2. 

Genset dihidupkan di dalam Balai Desa Ngadas, yang saat itu pintu dalam kondisi tertutup dan tidak ada rongga udara.

Sumber: merdeka.com

Share:

Kejam, Sekelompok Biksu Radikal Serang Pengungsi Rohingya

Pengungsi Rohingya (sumber foto: viva.co.id)
Gema Indonesia - Selayaknya pengungsi yang berada ditempat penampungan dapat mendapatkan rasa aman. Tapi hal ini tidak terjadi bagi para pengungsi Rohingya yang berada di tempat penampungan milik PBB di dekat ibu kota Sri Lanka. Mereka justru diserang oleh sekelompok biksu radikal. Mereka berusaha menghancurkan pagar dan memanjat dinding bangunan. 

Seorang petugas polisi mengatakan serangan itu dipimpin kelompok biarawan berpakaian kuning.

Dua polisi terluka dalam insiden itu, yang juga menyaksikan massa melempari batu ke rumah aman dan membuang perabot di lantai dasar saat masuk ke gedung di lokasi. Tidak ada laporan korban di antara kelompok pengungsi, termasuk 16 anak-anak.

"Kami berhasil membendung para preman dan kelompok pengungsi akan dipindahkan ke tempat yang lebih aman," kata pejabat, yang menolak untuk diketahui AFP, seperti dilansir dari tempo.co (27/9/17).




Polisi mengatakan mereka akan menangkap provokator aksi itu dengan melihat rekaman video media lokal.

Salah satu biksu yang menyerbu gedung itu memasang sebuah video di situs jejaring sosial yang direkam kelompok radikal Sinhale Jathika Balamuluwa (Tentara Nasional Sinhala) saat dia mendesak orang lain untuk bergabung dengannya dan menghancurkan tempat penampuangan ini.

"Ini adalah teroris Rohingya yang membunuh biksu buddha di Myanmar," kata biksu itu sambil menunjuk ibu-ibu Rohingya dengan anak kecil di pelukan mereka.

Sumber: tempo.co

Share:

September 28, 2017

Buronan Polisi Tabrak Motor Anggota BNN Hingga Terbakar, Ditembak Tetap Kabur

sumber foto: jawapos.com
Gema Indonesia - Seorang buronan kepolisian kasus narkotika melarikan diri ketika dihadang anggota BNN. Bahkan pelaku menabrak motor anggota BNN ketika mencoba kabur. Tidak tinggal diam anggota BNN mengeluarkan tembakan peringatan tapi pelaku yang nekat tidak mengindahkan tembakan tersebut.

Ironisnya motor yang ditabrak tersebut ikut terseret oleh mobil pelaku. Motor tersebut terseret cukup jauh hingga keluar api dan terbakar. 

Motor tersebut baru terlepas ketika berada di depan Renault Dealer jalan Imam Bonjol no 171 Denpasar.




Kejadian tersebut terlihat oleh satpam Renault dealer bernama Made Sukarta. Terlihat percikan api dari motor yang terseret tersebut.

"Diseret motornya dari arah utara, dari jauh sudah keluar api sampai di depan dealer ini besar terbakarnya, dan baru terlepas dari mobil," kata Made Sukarta, seperti dilansir dari tribunnews.com (28/9/17).

Saat itu motor berada ditengah Jalan, seketika itu karyawan Renault Dealer bersama warga sekitar langsung berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya. 
"Kita sama teman-teman mindahin motornya dari tengah jalan dipadamin dulu baru dipinggirkan kesini," jelas Sukarta. 



Kepala BNN Bali, Brigjen Putu Gede Suastawa membenarkan bahwa anggotanya yang mengejar pengemudi mobil tersebut.
Sementara itu, pengemudi mobil kabur ke arah selatan dan berhasil dicegat oleh warga sekitar. 
"Mobilnya kabur katanya sudah ditangkap sopirnya hampir dikeroyok masa," tutupnya. 
Beberapa menit kemudian polisi datang ke TKP dan langsung mengamankan pengemudi mobil.
Sumber: tribunnews.com

Share:

September 27, 2017

Senyum Pengungsi Adik-adik Pelajar Bencana Gunung Agung

sumber foto: balipost.com
Gema Indonesia - Hingga saat ini, jumlah pengungsi di Kabupaten Tabanan sudah mencapai 3.041 warga yang tersebar di sejumlah kecamatan di Tabanan dan ditampung hampir di 10 Kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan.

Yang cukup penting menjadi perhatian yaitu kondisi anak-anak pengungsi Gunung Agung yang berstatus pelajar. Mereka bingung dan khawatir terancam putus sekolah sebab harus meninggalkan kampung halaman.

Namun kini mereka bisa tersenyum sebab Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti melakukan gerak cepat dengan menggenjot Dinas Pendidikan dan Dinas Sosial agar melakukan sistem rujukan terhadap anak pengungsi di Tabanan.

"Semoga kami bisa diterima seperti siswa lainnya di sekolah, meski kami berasal dari anak-anak pengungsi," ucap Ni Komang Julianti, seperti dilansir dari merdeka.com (28/9/17).




Sementara itu, Pemerintah Provinsi Bali melalui Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra mengaku menjamin keberlanjutan pendidikan bagi anak pengungsi telah berjalan cukup baik. Ia mengapresiasi sikap proaktif yang ditunjukkan Dinas Pendidikan dan kepala sekolah jenjang SD, SMP hingga SMA/SMK di Kabupaten/Kota. 

"Tahap pertama, yang penting mereka masuk dulu dan tak ada yang tercecer," ujarnya.

Menurut Dewa Mahendra, saat ini Dinas Pendidikan Provinsi Bali terus melakukan pendataan siswa yang berada di pengungsian. Hingga Selasa (26/9), jumlah siswa jenjang SD,SMP, SMA/SMK dan SLB yang berhasil didata sejumlah 5,076 orang siswa. 

Sumber: merdeka.com
Share:

Bertemu Presiden, Jenderal Gatot Ajak Presiden Jokowi Nonton Bareng

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Presiden Jokowi (sumber foto: viva.co.id)
Gema Indonesia - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo hadir di Istana Negara pada Rabu 27 September 2017 untuk menghadap Presiden, bukan sebab dipanggil dipanggil Presiden. Selain itu hadir juga Menkopolhukam Wiranto.

“Tadi ada pertemuan banyak menteri. Saya perlu jelaskan, Pak Gatot datang bukan karena dipanggil. Tetapi, beliau menghadap Presiden,” ungkap Juru Bicara Presiden, Johan Budi seperti dilansir dari viva.co.id (27/9/17).




Johan mengungkapkan, kedatangan Gatot adalah untuk melaporkan soal Hari Ulang Tahun TNI yang jatuh pada 5 Oktober mendatang.

“Pak Gatot menghadap untuk melaporkan soal HUT TNI. Sekalian, mengundang Presiden untuk nonton bareng wayang kulit,” jelas Johan.

Johan juga mengatakan, saat kedatangan Panglima TNI, Jokowi sedang bertemu dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan; Menteri Badan Usaha Milik Negara, Rini Soemarno; serta beberapa menteri lainnya, termasuk Wiranto.

Sumber: viva.co.id

Share:

Akhirnya Jokowi Bertemu Dengan Panglima TNI

Presiden Jokowi dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo (sumber foto: suratkabar.id)
Gema Indonesia - Presiden Joko Widodo akhirnya bertemu dengan Panglima TNI Gatot Nurmantyo terkait pengadaan senjata. Pertemuan tersebut berlangsung di Bandara Halim Perdana kusumah, sepulang Jokowi dari Bali.

Menurut Jokowi, dari hasil pertemuan tersebut sudah ada penjelasan yang lebih spesifik. Dan penjelasan dari Menko Polhukam Wiranto sudah cukup jelas. 

"Saya kira tidak usah saya ulangi lagi," ujarnya, seperti dilansir dari republika.co.id (27/9/17).



Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, menjelaskan soal pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo terkait pembelian 5.000 unit senjata. Wiranto menegaskan, pernyataan itu berkaitan dengan komunikasi yang belum tuntas soal pembelian 500 pucuk senjata.

"Apakah karena keadaan genting sebab ada kekuatan yang ada di masyarakat yang mengganggu stabilitas nasional? Saya kira tidak pada tempatnya dihubungkan dengan hal ini (pembelian senjata)," ujar Wiranto dalam konferensi pers di Kantor Kemenkopolhukam.



Share:

Berhasil Selamatkan Nyawa Pasien, Dokter Dituntut Ganti Rugi 2 Juta

Ruang Operasi (sumber foto: liputanislam.com)
Gema Indonesia - Berhasil menyelamatkan nyawa pasien, bukannya mendapatkan apresiasi, malah mendapat tuntutan ganti rugi sebesar 1000 yuan (sekitar 2 juta rupiah) oleh orang tua pasien. Hal ini dialami oleh empat orang dokter di rumah sakit di kota Wuhan, China.

Tuntutan tersebut disampaikan oleh orang tua pasien yang merasa rugi baju anaknya disobek begitu saja oleh tim medis meskipun nyawa anaknya telah berhasil diselamatkan oleh tim dokter.


Kejadian itu bermula ketika seorang pekerja waralaba pingsan dan dilarikan ke pusat gawat darurat Rumah Sakit Zhongnan.




Wakil Direktur Pusat Unit Gawat Darurat, Xia Jian mengatakan emboli paru akut menyerang secara tiba-tiba membuat pasien mengalami koma dan jika tidak ditangani secara cepat akan menimbulkan resiko besar.

Setelah dibawa ke ruang gawat darurat, tim medis langsung mengambil tindakan dengan menekan dada pasien. Agar penanganan lebih efektif, tim medis memutuskan untuk menggunting baju yang dikenakan pria berusia 34 tahun tersebut sebab tak memungkinkan untuk membuka pakaian secara normal.

"Setiap menit sangat berharga, sedikit saja terlambat maka nyawa pasien tak terselamatkan. Maka dari itu, kami memutuskan untuk memotong bajunya," ujar Xia.

Setelah dilakukan penanganan awal, kondisi pasien semakin membaik, sehingga ia bisa dipindahkan ke ruangan lain. Tujuh hari kemudian, ia baru dinyatakan lepas dari masa kritis dan dipindahkan ke bangsal rumah sakit biasa.



Perkara dimulai ketika sang ayah mengklaim bahwa rumah sakit berutang 1.000 yuan kepada anaknya. Biaya kompensasi itu terdiri 500 yuan atas kerugian baju yang disobek oleh pihak. Sementara itu, 500 yuan sisanya diklaim telah hilang dari kantong baju putranya, termasuk kartu identitas dan ATM.

Menanggapi hal tersebut, pihak rumah sakit menolak semua tuduhan yang keluarga pasien layangkan. Demi memperkecil perkara, pihak rumah sakit akhirnya memberi 1.000 yuan yang mereka inginkan.

"Berhasil menyelamatkan seseorang dari emboli paru akut sangat sulit. Kami memotong pakaian pasien demi keselamatan," ujar pihak rumah sakit.

Sumber: liputan6.com


Share:

September 25, 2017

"Saya Pancasila, Saya Indonesia" Yang Asli Mendukung Nobar Film G30S/PKI

Pjs Bupati Gresik Akmal Boedianto dalam sambutannya sebelum pemutaran film G30S/PKI di Gedung Tri Darama Gresik (sumber foto: tribunnews.com)
Gema Indonesia - Akhir-akhir ini, film G30S/PKI kembali jadi perbincangan hangat. Hal ini tak lepas dari instruksi Panglima TNI yang memerintahkan jajarannya untuk nonton bareng film tersebut. Ternyata instruksi Panglima disambut dengan sangat antusias, bukan hanya dari dari kalangan TNI tapi juga dari masyarakat luas. Bahkan beberapa sekolah dan kelompok masyarakat juga banyak kembali menggelar nonton bareng film tersebut.

Tidak hanya itu, salah satu stasiun televisi nasional TVOne juga berencana menayangkan film pemberontakan PKI tersebut. Hal ini terlihat dari cuitan akun resmi TVOne di twitter.

"Jumat, 29 September pukul 21.30 WIB. Eksklusif hanya di tvOne #G30SPKITVONE," tulis akun TVOne di twitter.




Pengamat politik Ahmad Baidhowi mengatakan tentu ini akan mendapat perlawanan.

“Setelah adanya perintah nobar film G 30S PKI, muncul dengan sendirinya orang-orang yang menentangnya. Patut diduga, orang-orang ini simpatisan PKI. Rakyat bisa menilai sendiri siapa saja mereka, tanpa harus Panglima TNI menunjukkan orangnya,” ungkap Baidhowi, seperti dilansir dari jpnn.com (26/9/17).

Menurut Baidhowi, taktik Panglima TNI sangat efektif untuk memberikan informasi kepada rakyat pihak-pihak yang menjadi simpatisan PKI saat ini.

“Kalau Panglima menuduh simpatisan PKI tanpa bukti bisa saja dituntut. Tetapi, dengan orang-orang yang protes terhadap nobar, maka rakyat bisa menilai siapa saja simpatisan PKI itu,” jelas Baidhowi.




Baidhowi menilai, antusiasme nobar film G 30S PKI menunjukkan rakyat Indonesia percaya penuh kepada Panglima TNI.

“Langkah yang dilakukan Panglima TNI dengan mengajak nobar sudah sangat tepat di tengah krisis ideologi masyarakat,” jelas Baidhowi.

Menurut Baidhowi, nobar film G 30S PKI mewujudkan hubungan yang baik TNI dan rakyat.

“Rakyat bersama-sama dengan TNI nobar. Dan rakyat dengan antusias bergotong royong untuk nobar,” papar Baidhowi.

Selain itu, kata Baidhowi, cara Panglima TNI sangat efektif menumbahkan rasa cinta NKRI dan Pancasila tanpa harus menyatakan diri

“Saya Pancasila, Saya Indonesia”. “Yang biasa mengakui paling ber-Bhinneka Tunggal Ika dan membela Pancasila, tak ada suaranya untuk mendukung nobar film ini,” pungkas Baidhowi.

Sumber: jpnn.com


Share:

Tidak Pernah Press Release, Panglima TNI Tegaskan Tidak Akan Tanggapi Soal 5000 Pucuk Senjata Ilegal

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (sumber foto: okezone.com)
Gema Indonesia - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan tidak akan menanggapi mengenai pernyataannya tentang 5000 pucuk senjata illegal yang akan didatangkan oleh institusi diluar TNI yang beredar luas di internet. Hal ini wajar sebab Panglima memang belum pernah melakukan press release tentang hal tersebut.

"Saya tidak pernah press release (pernyataan pers soal senjata), saya hanya menyampaikan kepada purnawirawan, namun berita itu keluar. Saya tidak akan menanggapi terkait itu (senjata ilegal)," kata Panglima di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, seperti dilansir dari republika.co.id (25/9/17).


Panglima mengakui rekaman yang beredar soal itu memang pernyataannya. 


"Seribu persen itu benar kata-kata saya. Tapi saya tidak pernah 'press release'(mengeluarkan pernyataan pers), sehingga saya tidak perlu menanggapi hal itu," paparnya.




Menanggapi pernyataan Menko Polhukam Wiranto bahwa ada masalah komunikasi antara TNI, BIN dan Polri, kata Gatot, bisa ditanyakan langsung kepada Wiranto soal itu.


Dalam rekaman yang beredar, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut adanya institusi tertentu yang akan mendatangkan 5.000 senjata secara ilegal dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi).


Pernyataan itu disampaikan Jenderal Gatot dalam silaturahim TNI dengan purnawirawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jumat (22/9). Acara tersebut turut dihadiri Menko Polhukam Wiranto, mantan Wakil Presiden Jenderal (Purn) Try Sutrisno, Laksamana TNI (Purn) Widodo AS, dan mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, Letnan Jenderal TNI (Purn), Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum Partai Gerindra.


Sumber: republika.co.id



Share:

September 24, 2017

Tidak Sampai Sepekan, Hampir 3000 Orang Sudah Mendaftar Di Situs Nikah Siri

Sumber foto: tempo.co
Gema Indonesia - Mengerikan hanya dalam waktu 6 hari situs nikahsirri.com telah berhasil mendapatkan 2.700 orang pendaftar. 

"Sekitar 2.700 orang sudah mendaftar sejak situs itu diluncurkan 19 September 2017," kata Direktur Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Adi Derian, seperti dilansir dari tempo.co (24/9/17).

Selain klien, pihak kepolisian menemukan sudah ada sekitar 300 orang yang mendaftarkan diri sebagai mitra di situs pernikahan siri tersebut.

Menurut Adi, klien adalah orang yang mendaftar untuk menggunakan jasa pernikahan siri di nikahsirri.com untuk mencari pasangan. Sedangkan mitra adalah orang yang mendaftarkan diri untuk menjadi istri siri, suami siri, penghulu, maupun saksi.
Setiap mitra memiliki harga masing-masing yang harus dibayar jika klien tertarik untuk menikahinya. 




Adapun syarat bagi calon mitra yang mendaftar untuk menjadi istri atau suami siri minimal berumur 14 tahun.

"Karena syarat itu ia diduga melakukan eksploitasi anak dan penjualan orang," kata Adi.

Polisi melakukan penindakan atas beredarnya kabar situs nikahsirri.com yang menyediakan jasa lelang perawan serta nikah siri. Pengelola situs berhasil ditangkap pihak kepolisian pada Ahad dinihari, sekitar pukul 02.03 di kediamannya daerah Jatiasih, Bekasi Selatan.

Dari tangannya, polisi menyita beberapa barang bukti seperti kaus bertuliskan "virgins wanted" dan spanduk yang digunakan saat peluncuran situs nikahsirri.com.

Akibat perbuatannya, tersangka akan dikenakan Pasal Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik tentang pornografi, UU Perlindungan Anak, dan UU Perdagangan Orang.

Sumber: tempo.co


Share:

Daftar Berita

Blog Archive

Theme Support