October 24, 2017

Tidak Pakai Helm, Dua Pelajar Ini Pilih Push Up Daripada Tilang

Gema Indonesia - Melihat dua orang pelajar mengendarai sepeda motor tanpa helm, anggota Sat Lantas yang berjaga di desa Waru Lor, Wiradesa, Pekalongan segera menghentikan laju kendaraan mereka. Diketahui kedua pelajar tersebut adalah murid di salah satu SMA di Pekalongan. Sontak saja sanksi atas pelanggaran lalu lintas segera menghampiri mereka. Ali-alih ditilang, kedua pelajar itu justru memilih sanksi push up sebagai hukuman mereka. Banyaknya push up pun tergantung kemauan mereka sendiri.

"Saya sedang laksanakan pengaturan lalu lintas, ada dua pelajar yang saya lihat tidak menggunakan helm, saya berhentikan lalu berikan sanksi berupa tindakan push up dan arahan agar tidak mengulanginya lagi," ucap Briptu Fendi, anggota Sat Lantas yang berjaga di perlintasan kereta api Desa Waru Lor, Wiradesa, Pekalongan.


Briptu Fendi menjelaskan, dalam menegakkan peraturan lalu lintas kepada masyarakat, khususnya pelajar, pihaknya tidak harus melulu melakukan tindakan dengan tilang. Saat menghadapi para pelajar yang melanggar, ada dua opsi yang bisa diberikan, apakah ditindak secara hukum atau pemberian sanksi dari petugas.

Kalau pengendara bersedia dikenakan tilang, diberikan surat tilang. Tetapi kalau pengendara memilih opsi diberikan sanksi, maka disuruh push up.

"Hukuman push up untuk memberikan efek jera dan pembelajaran kepada pelajar. Namun berapa banyak push up yang dilakukan bukan kita yang menentukan, mereka sendiri yang memutuskan. Kalau kuat 20 kali ya lakukan 20 kali," ucap Briptu Fendi.

Sumber: Okezone


Share:

Sandi Akan Perbaiki Rapor Keuangan DKI Yang Kurang Memuaskan Selama Periode Jokowi - Ahok

Sandiaga Uno (sumbe foto: studentpreneur.co)
Gema Indonesia - Wakil Gubernur Jakarta Sandiaga Uno bertekad akan memperbaiki sistem keuangan di Pemprov DKI Jakarta dengan mengubahnya dengan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari BPK.

Diketahui Laporan keuangan Pemprov DKI Jakarta sejak 2013 di bawah kepemimpinan Gubernur Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) selalu mendapat opini wajar dengan pengecualian (WDP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Opini ini menurut Wakil Gubernur Sandiaga Uno suatu yang sangat ironis mengingat DKI Jakarta sudah memiliki sistem transparansi keuangan yang bagus.

Sandi mengakui hal ini merupakan tugas berat dan dirinya diberi kepercayaan oleh Anies dalam memimpin proses perubahan opini tersebut. 

"Empat tahun terakhir Jakarta tidak pernah WTP, saya ditugaskan mimpin proses WTP. Golnya adalah kita (Pemprov DKI) WTP di tahun 2017, luar biasa beratnya," ujarnya di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (24/10/17).

Apalagi dalam laporan keuangan tahun 2016, ada 6.000 aset temuan BPK yang belum ditindaklanjuti. Maka, seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) harus melalukan pencatatan aset yang dimiliki Pemprov DKI secara berkala.


"Saya harus pastikan kerja sama dengan seluruh SKPD, karena ini bersinggungan pencatatan asset dan juga temuan yang ada di BPK. Yang belum ditindak lanjuti ada sekitar 6.000 semua harus dipastikan ada tindak lanjutnya," ujarnya.

Untuk mencapai targetnya, Sandi mengungkapkan WTP harus diberi perhatian khusus sehingga seluruh pihak bekerja secara transparan. SKPD juga wajib melaporkan capaiannya setiap pekan untuk dijadikan salah satu indikator key performance indicator (KPI) mereka.

"Saya akan buka secara transparan road to WTP, jadi akan kita lakukan setiap minggu capaiannya seperti apa dari aset temuan dan saya wajibkan SKPD betul-betul beri atensi khusus mengenai WTP ini, bisa jadi KPI," terang dia.

Sebelumnya, Anies telah menargetkan opini WTP terhadap laporan keuangan tahun 2017 dari BPK. Dia pun meminta Sandi untuk memimpin perbaikan-perbaikan untuk mencapai target tersebut.

"Tegas target kita WTP, karena itu harus kerja keras dalam penataan kembali soal keuangan dan soal aset karena di situ banyak sekali tantangan masalahnya," ujar Anies secara terpisah.

Sumber: Jawapos
Share:

Ajukan Petisi, Alumni ITB Bantah Dukung Pencabutan Moratorium Reklamasi Teluk Jakarta

Reklamasi Teluk Jakarta (sumber foto: kompas.com)
Gema Indonesia - Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) mengajukan petisi untuk menolak kelanjutan proyek reklamasi teluk Jakarta. Mereka juga menyangkal pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan yang mengesankan adanya dukungan alumni ITB dalam kajian dan rekomendasi pencabutan moratorium reklamasi teluk Jakarta.


Muslim Amas sebagai perwakilan alumni ITB mengatakan para akademisi yang ada di ITB maupun para alumni ITB, sama sekali tidak pernah melakukan kajian atau merekomendasikan untuk melanjutkan reklamasi teluk Jakarta.

"Menteri Luhut seharusnya segera memberikan penjelasan ataupun bukti adanya kajian alumni ataupun akademisi ITB dalam pembatalan moratorium reklamasi teluk Jakarta," ujar Muslim di Jakarta, Selasa (24/10/17).

Muslim menegaskan, sejak diajukannya petisi tersebut maka dengan tegas alumni ITB menolak dilanjutkannya proyek reklamasi teluk Jakarta. Hal ini selain merusak lingkungan, juga merugikan rakyat secara ekonomi.

"Jadi kami selaku alumni ITB mendesak Presiden Jokowi untuk segera membatalkan pencabutan moratorium reklamasi teluk Jakarta oleh Menteri Luhut," tegasnya.

Sumber: Rilis


Share:

Bayi Berusia 3 Bulan, Ditengkurapkan, Ditutupi Bantal dan Diduduki Ibunya Hingga Meninggal

sumber foto: liputan6.com
Gema Indonesia - "Kejam", kalimat itu mungkin masih terlalu lembut untuk menggambarkan tindakan keji wanita satu ini. Wanita berumur 27 tahun ini tega membunuh anak kandungnya sendiri yang masih berumur 3 bulan.

Perbuatan kejinya itu diketahui setelah pelaku menyerahkan diri ke polisi. Pelaku pun tak menunjukkan ekspresi sedih setelah membunuh anaknya sendiri. Polisi menduga aksi keji pelaku tersebut telah direncanakan sehari sebelumnya.

Kapolres Garut, AKBP Novri Turangga menyatakan, dari keterangan pelaku, bocah tersebut merupakan anak yang baik dan tidak rewel.

"Kami masih menyelidiki latar belakangnya. Kenapa sampai tega ibu ini menghilangkan nyawa anaknya sendiri," ujar Novri, Selasa (24/10/17).

Menurut Novri, Bocah tersebut tewas setelah ditengkurapkan oleh pelaku lalu didedapkan bantal di atas badannya. Pelaku kemudian menduduki Ismail selama satu jam.


Tragisnya, walau mengetahui anaknya menangis, pelaku terus melanjutkan aksinya.

"Yang sedikit aneh itu anaknya sudah merintih tapi masih tetap diduduki oleh pelaku sampai korban meninggal," ujarnya.

Pelaku kemudian membersihkan darah yang keluar dari hidung anaknya tersebut. Setelah itu, tubuh Ismail dikembalikan dalam posisi tertidur dan ditutupi selimut agar terlihat seolah-olah tertidur.

"Hari ini akan kami periksa kejiwaannya. Bisa jadi motif ekonomi jika lihat kondisi keluarganya. Tapi belum bisa dipastikan," ujar Novri.

Novri menambahkan, pelaku menyerahkan diri ke Polsek Karangpawitan usai membunuh anaknya. Bahkan suaminya pun baru menyadari jika anaknya meninggal setelah petugas datang ke rumahnya.

Tidak tahu anaknya sudah meninggal, Sang Ayah sempat membawa kue untuk anaknya


Halaman Selanjutnya >
Halaman 1
    2  


Share:

Daftar Berita

Blog Archive

Theme Support