October 6, 2017

FBI: Tak Ada Bukti Penembakan Las Vegas Terkait Terorisme

Bendera setengah tiang untuk menghormati korban penembakan Las Vegas (sumber foto: antaranews.com)
Gema Indonesia - Dalam sebuah konfresi pers FBI mengatakan tidak ada bukti hingga saat ini yang menunjukkan bahwa pembunuhan massal di Las Vegas pekan ini adalah aksi terorisme.

Agen Khusus FBI yang bertanggung jawab atas peristiwa itu, Aaron Rouse, juga mengatakan bahwa pihak berwenang federal telah memeriksa kekasih pelaku penembakan, dan tidak ada seorang pun yang telah ditahan yang diduga terlibat.

Dilansir dari antaranews.com (5/10/17), 58 orang tewas dan lebih dari 500 orang terluka, sejumlah di antara mereka karena terinjak-injak di tengah kepanikan massal, ketika pelaku (64 tahun) memuntahkan rentetan peluru dari kamar hotelnya di lantai atas selama sekitar 10 menit pada Minggu malam.

Pelaku kemudian membunuh dirinya sendiri sebelum polisi mendobrak pintu kamarnya. Di kamar itu, para personel kepolisian menemukan sekitar 23 senjata.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu tiba di Las Vegas untuk memberikan penghormatan dan dukungan kepada para petugas penyelamat. 



Selanjutnya penyelidik memusatkan perhatian pada kekasih pelaku,  yang pernah tinggal bersama pelaku dan meninggalkan Amerika Serikat menuju Filipina pada September.

Di Bandar Udara Internasional Los Angeles, FBI mendatangi pesawat yang membawa kekasih pelaku dari Manila dan kemudian membawa perempuan itu untuk menjalani pemeriksaan.

Diketahui hingga Rabu siang, tidak ada indikasi bahwa kekasih pelaku mengetahui rencana pelaku untuk melakukan serangan.

FBI menanyakan beberapa pertanyaan kepada kekasih pelaku terkait persenjataan yang dibeli pelaku, tranfer uang senilai 100.000 dolar AS ke sebuah bank Filipina yang diperkirakan diperuntukkan bagi sang kekasih, serta soal apakah ia melihat ada perubahan perilaku pada pelaku sebelum ia pergi meninggalkan AS.


Halaman Selanjutnya >
Halaman 1
    2  
Share:

Satu Keluarga Meninggal Keracunan Asap Genset

Tanda-tanda keracunan karbon monoksida (sumber foto: indonesiare.co.id)
Gema Indonesia - Kembali terjadi kasus keracunan karbon monoksida dari asap genset. Kali ini dialami empat orang yang merupakan satu keluarga Kelurahan Tapak Lebar, Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, meninggal dunia di dalam rumahnya, Jumat, 6 Oktober 2017.

Dilansir dari viva.co.id (6/10/17), diduga kuat satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anak itu keracunan akibat asap dari generator listrik (genset) yang menyala. 

"Dugaannya empat korban ini banyak menghirup karbon monoksida dari asap genset," ujar Kasat Reskrim Polres Lubuk Linggau AKP Ali Rojikin.


Awal mula penemuan empat mayat ini lantaran kecurigaan warga saat hendak ke kediaman korban. Namun tak ada jawaban, sehingga dilakukan pemeriksaan, hingga ditemukanlah Chandra (39) tergeletak di pintu kamar, lalu Fajri Nizarullah (10).

Selanjutnya Eliza Haryani (38) di dapur dan Afif Wahyu Ramadhan (3 bulan) di kamar. Seluruh korban ditemukan dalam kondisi meninggal dan penuh dengan bercak muntah.

Sumber: viva.co.id
Share:

Janji Buyback Indosat, Rencana Jokowi Jual 800 BUMN Bikin DPR Bingung

Presiden Joko Widodo (sumber foto: kompas.com)
Gema Indonesia - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Mochamad Hekal mengaku bingung dengan Presiden Jokowi yang berwacana ingin menjual atau memerger 800 perusahaan/anak usaha milik BUMN.

“Saya jadi bingung dengan sikap Presiden, enggak jelas gitu. Janji pemilu mau buyback Indosat, itu cuma bekas 1 BUMN, sekarang malah mau jual 800. Saya gagal paham maksud beliau terhadap BUMN kita,” ujar Hekal di Jakarta, seperti dilansir dari aktual.com (5/10/17).

Presiden Jokowi juga pernah menyuruh BUMN menjual asset infrastruktur dan membangun infrastruktur lalu menjualnya ke swasta.

“Masa Presiden eggak ngerti, masa pembangunan suatu proyek sampai dengan proyek itu berhasil beroperasi, adalah periode yang paling berisko bagi proyek itu tersebut. Masa setelah proyek jadi dan tinggal dinikmati, suruh jual ke swasta. Terus yang nikmatin swasta?,” ungkap Hekal.

Jikapun ada alasan menjual atau memerger anak usaha BUMN agar tidak memberatkan keuangan negara, kata dia, itu alasan yang kurang masuk akal.


“Kalau soal keuangan negara itu alasan klasik. Dulu pemerintah dengan bodohnya jual-jual aset bagus yang dipegang BPPN. Seperti BCA dan lain-lain. Coba lihat sekarang nilainya berapa. Dulu kita jual berapa. Itu sejarah belum lama. Masa sudah lupa,” katanya.

Menurut Hekal, apa yang menjadi keinginan presiden Jokowi dalam hal ini sangat bertolakbelakang dengan keinginan para pembantunya.

“Soalnya saya lihat sikap menteri berbeda, yaitu ingin BUMN semakin besar dan menjadi agent of development. Tapi presiden suruh jual-jual. Bakal gak jelas nih nasib BUMN kita,” katanya.

Halaman Selanjutnya >
Halaman 1
  1    2  
Share:

Daftar Berita

Blog Archive

Theme Support