November 9, 2017

Teuku Cik Di Tiro, Pahlawan Aceh Yang Mampu Mengurung Pertahanan Belanda

Teuku Cik Di Tiro, Pahlawan besar Aceh yang bernama asli bernama asli Muhammad Saman (foto: sindonews.com)

KETIKA Aceh Besar jatuh di tangan Belanda, Teuku Cik Di Tiro hadir untuk memimpin perang. Pada tahun 1881, ia berhasil merebut benteng Belanda Lam Baro, Aneuk Galong dan membuat Belanda kewalahan.

Teuku Cik Di Tiro adalah pahlawan nasional dan tokoh penting yang berjasa melawan kolonial Belanda. Teuku Cik Di Tiro bernama asli Muhammad Saman. Ia lahir di Dayah Jrueng kenegerian Cumbok Lam Lo, Tiro, daerah Pidie, Aceh pada tahun 1836 bertepatan dengan 1251 Hijriyah. Masa kecilnya dibesarkan dalam lingkungan agama yang taat.

Cik Di Tiro merupakan keturunan dari pasangan Teuku Syekh Ubaidillah dan Siti Aisyah. Salah satu cucunya adalah Hasan Di Tiro, pendiri dan pemimpin Gerakan Aceh Merdeka. Ia sangat dihormati karena ilmu dan keberaniannya melawan imperialisme dan kolonialisme.

Dalam meneguhkan ilmu agamanya, Cik Di Tiro banyak belajar kepada para ulama terkenal di daerah Tiro. Itu pula lah sebabnya ia dipanggil dengan sebutan Teuku (Teungku) Cik Di Tiro. Ia memang dikenal sebagai anak yang suka belajar agama dan mendalami ilmu-ilmu baru.

Ketika menunaikan ibadah haji di Mekkah, Saudi Arabia, ia terus memperdalam ilmu agamanya di Tanah Suci tersebut. Ia dibesarkan pada periode dimana Belanda berusaha menaklukkan bumi Aceh pada tahun 1873. Aceh Besar saat itu berhasil dikalahkan dan berada dalam kekuasaan colonial Belanda.

Ketika berada di Mekkah dalam rangka menunaikan haji, Cik Di Tiro juga belajar tentang cara-cara melawan kolonialisme dan imperialisme. Saat kembali ke Aceh, ia menjadi pemimpin pergerakan yang berujung pecahnya pertempuran melawan Belanda. Karena semangat juangnya, ia dijuluki sebagai Panglima Sabil atau pemimpin perang Sabil. Kesultanan Aceh mempercayainya sebagai pemimpin perang, dan perjuangan dilakukan atas dasar agama dan kebangsaan.

Ia dan pasukannya berhasil mengambil alih wilayah jajahan yang sebelumnya dikuasai Belanda. Pada tahun 1881, benteng Belanda di Indrapura berhasil direbutnya. Kemudian benteng Lambaro, Aneuk Galong, dan tempat lainnya.

Pulau Breuh pun mendapat serangan, dari situ pasukan Cik Di Tiro bermaksud merebut Banda Aceh. Kompeni Belanda jadi kewalahan dan daerah Aceh yang masih mereka kuasai tidak lebih dari empat kilometer persegi.

Perlawanan yang dilancarkan Teuku Cik Di Tiro dan pasukannya tak obahnya seperti singa. Mereka memilih roboh dalam nyala api yang membakar benteng daripada menyerah.

Belanda pun semakin terdesak dan hanya bertahan di dalam benteng di wilayah Banda Aceh. Untuk mempertahankan wilayahnya, Belanda terpaksa menggunakan taktik uni konsentrasi (concentratie stelsel), yaitu membuat benteng di sekelilingnya.

Merasa kewalahan dengan serangan Cik Di Tiro dan pasukannya, Belanda pun mendatangkan bala bantuan dengan perlengkapan perang dalam jumlah besar-besaran. Pada tahun 1873 Belanda melancarkan aksi balas dendam untuk merebut kembali daerah kekuasaannya.

Pada penyerangan pertama, pasukan Belanda melakukan aksinya namun dapat digagalkan. Perang tersebut memakan korban bagi pihak Belanda dengan tewasnya pimpinan mereka yaitu Mayor Jenderal Kohler.

Kegagalan ini membuat Belanda kian geram, akhirnya mereka memperkuat barisan pasukannya dengan tembakan meriam dari kapal perang yang berlabuh di pantai. Alhasil keadaan tersebut membuat pasukan Cik Di Tiro mulai mundur.


Halaman Selanjutnya >
Hal 1
    2  
Share:

KKB Sandera Ribuan Warga di Tembagapura, Diduga Untuk Dijadikan Tameng

Kapolri Jenderal Tito Karnavian (foto: rmol.co)
Gema Indonesia - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) hingga saat ini belum meminta tebusan. Diketahui, mereka menyandera ribuan warga di Tembagapura untuk dijadikan tameng ke aparat.

"Sementara belum. Mereka prinsipnya hit and run, setelah itu dikejar dan mereka menggunakan para pendulang sebagai tameng. Ini permasalahan sosial dari dulu agar tak ada pendulangan dari dulu," ungkap Kapolri kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Kamis (9/11).


Warga yang disandera, lanjut Kapolri, ialah mereka yang berprofesi sebagai pendulang.

"Modus yang paling sering dilakukan adalah, para pendulang ini dijadikan tameng. Jadi yang dikatakan penyanderaan itu adalah para pendulkang yang kemudian dijadikan tameng."

Kapolri mengatakan medan yang cukup sulit menjadi kendala aparat untuk meringkus KKB. Ia menambahkan personel yang diturunkan seribu orang yang ditugaskan di sejumlah titik.

"Yang jelas pengamanan Freeport, dengan adanya MOU dengan Freeport, Polri dan TNI disana saya kira dari atas sampai bawah (port side) lebih kurang 74 mille yang dekat dengan jurang, hutan lebat,. Jadi lebih kurang seribu orang yang mengamankan. Ada tim pengejar juga. Tapi saya gak mau sebutkan jumlahnya untuk kepentingan kerahasian operasi."

Sebelumnya, Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar mengungkapkan ribuan warga sipil di sekitar Kimberly hingga Banti, Distrik Tembagapura disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB). Mereka menjadikan warga sebagai tameng agar tidak diserang aparat. Mereka tidak diizinkan beraktivitas termasuk membeli makanan.

Demikian diungkapkan Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar. Boy mengungkapkan sandera terdiri dari 300 warga non-Papua yang selama ini menjadi pedulang dan pengumpul emas.

"KKB saat ini menjadikan warga sipil sebagai tameng dan sandera," ujar Boy yang mengaku masih berada di Tembagapura seraya mengatakan jumlah KKB sekitar 100 orang bersenjata termasuk senjata tradisional.

Kampung Kimberly dan Banti sendiri hanya berjarak sekitar 300 meter dari Polsek Tembagapura.

Sumber: Merdeka
Share:

Ditemukan Mayat Laki-laki di Dalam Mobil Dekat Ocarina, Ini Identitasnya

mayat ditemukan di dalam mobil dekat SPBU Ocarina Batam Centre (foto: tribunnews.com)
Gema Indonesia - Siang ini, Kamis (9/11/17) ditemukan mayat seorang laki-laki di dalam mobil Toyota BP 1398 ZP di depan SPBU Ocarina Batam Centre. 

"Tadi yang memecahkan kaca karyawan car wash. Mungkin dia curiga dengan adanya mobil ini kemudian kacanya dipecahkan untuk memastikan siapa orangnya," ucap seorang warga.

Korban diketahui bernama Darma. Ia adalah bos pemilik percetakan yang ada di ruko Royal Sincom, Batam Centre. 

Menurut Reza, salah seorang karyawan korban, selama ini memang korban ada riwayat sakit jantung dan darah tinggi. Tapi dia tidak tahu penyebab kematian korban ini. 

"Yang jelas kami sudah los kontak semenjak kemarin siang. Istrinya sempat cari juga ke kantor tadi pagi," ujarnya.

Debora, istri korban sedang dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Sementara mayat korban akan di bawa ke RS Bhanyangkara. 

Sumber: Tribunnews




Share:

Daftar Berita

Blog Archive

Theme Support