November 7, 2017

Kisah Menarik Antara Ustadz Felix Siauw (ex-HTI) dengan Ustadz Salafi dan Ulama NU

(Dari kiri ke kanan) Ust. Musthafa Umar Imam Besar Masjid An-Nur Pekanbaru; Ust. Abdullah Soleh Hadrami Pembina Masjid An-Nur, Jagalan, Malang; Ust. Felix Siauw saat mengunjungi Ulama Suriah awal tahun 2014 silam

oleh: Abah Fanni, Ketua Umum Sahabat Al-Aqsha | Ketua Takmir Masjid Jogokariyan

Gema Indonesia: Kejadiannya di awal tahun 2014.
Sarapan pagi yang sedang asyik itu ditambahi Allah berkah sebuah kabar: “Wah, Ustadz Felix dideportasi dari Amerika.”
Loh, dideportasi kok malah berkah?

Ya, karena dideportasi itulah jadwal dua minggu safari da’wah beliau yang tadinya direncanakan di Amerika Serikat mendadak kosong.

Ustadz Salim A. Fillah yang sedang sarapan bersama kami langsung mengusulkan untuk mengajak Ustadz Felix Siauw mengunjungi anak-anak yatim Suriah di perbatasan Turki-Suriah. Waktu itu ada 200 anak yatim korban perang Suriah yang disantuni masyarakat Indonesia lewat Sahabat Al-Aqsha, sebagian kecil ada di perbatasan Turki-Suriah di pengungsiannya.

Maka, setelah janjian lewat telepon, pagi itu juga kami mengunjungi Ustadz Felix. Wajahnya sumringah, habis dideportasi malah kedatangan sahabat-sahabat. Setelah taaruf singkat, Allah teteskan perasaan langsung dekat di antara kami.

Da’i muda ini langsung mengangguk saat diajak menjenguk anak-anak yatim Suriah.

Dengan izin Allah di tim itu ada dua ustadz lain, Ustadz Musthafa Umar dari Pekanbaru yang selalu disebut oleh Ustadz Abdul Somad sebagai “abang saya”, dan Ustadz Abdullah Soleh Hadrami dari Malang, salah seorang murid langsung Syaikh Muhammad Ibn Utsaimin.

Jadi, di tim relawan Sahabat Al-Aqsha itu ada kombinasi ukhuwwah zaman now yang wuihhh banget. Yang satu Ustadz Felix Hizbut Tahrir (waktu itu), yang satu Ustadz Musthafa Al-Azhari (sebutan untuk lulusan Universitas Al-Azhar), Asy-Syafi’iy (bermadzhab fiqh Imam Syafi’i), yang terakhir Ustadz Abdullah salafi lulusan Saudi yang sudah mendarah daging kecintaannya kepada para Salafush Shalih.

Kami di Sahabat Al-Aqsha sudah membayangkan, “Wih, Hizbut Tahrir ketemu Salafi, bisa-bisa ada yang dipaksa turun saat pesawat masih di langit nih…” bisik salah satu dari kami sambil nyengir-nyengir.

Maka, sepanjang safar itu terjadilah perdebatan-perdebatan ilmiah yang terkadang lumayan keras. Ustadz Abdullah menyodok, Ustadz Felix menangkis, Ustadz Musthafa senyum-senyum sambil berdzikir.

Ustadz Felix meledek, Ustadz Abdullah meledak, Ustadz Musthafa mengademkan.

Ustadz Abdullah melempar, Ustadz Felix tangkap, balas lempar lebih keras, Ustadz Musthafa geleng-geleng. Alhamdulillah ketiganya orang-orang santun dan beradab. Sekeras apapun perdebatannya, tak satupun keluar kata-kata yang menghina pribadi atau kelompoknya masing-masing.

Alhamdulillah, relawan-relawan SA yang ada dalam tim itu juga sudah terbiasa melayani para ustadz dari berbagai aliran persilatan ilmu itu, jadi ya nyantai saja..

Bahkan ada kode jenaka yang tanpa sengaja mereka sepakati. Setiap kali perdebatan sudah memuncak ketegangannya, tiba-tiba salah satu dari mereka akan langsung menyodorkan buah ke masing-masing ustadz, “Ayo makan buah dulu, buah dulu, buah dulu….” Masing-masing ustadz yang sedang ngotot itu lalu mengupas buah dan saling memberikan kepada lawan debatnya. Indah bangeeeeet…..

Setiap ba’da shalat subuh selama safar kita saling bertaaruf. Di situlah para ustadz ini kemudian mengenali pribadi mereka secara lebih mendalam satu sama lain.

Wajah-wajah yang tadinya tegang karena “perbedaan” fikrah, menyantai setelah mendengar kisah-kisah lucu semasa kecil dan remaja.

Ustadz Felix menceritakan detail-detail kisahnya jatuh cinta dengan Islam saat kuliah di Institut Pertanian Bogor, setelah puluhan tahun dididik untuk selalu curiga dan sinis kepada Pribumi Muslim di kampungnya di Palembang.

Ustadz Abdullah menceritakan kisahnya ngangsu kaweruh dari Almarhum Syaikh Utsaimin, yang menurutnya kepribadian ulama Saudi itu lembut dan berpikiran terbuka siap menerima perbedaan-perbedaan pendapat.

Ustadz Musthafa mengisahkan kehidupan belianya saat belajar langsung dari almarhum Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi yang legendaris itu.

Pelan-pelan Allah satukan hati ketiga ustadz kita ini terutama setiap kali diingatkan pentingnya bergandeng tangan membantu keluarga-keluarga kita membebaskan Masjidil Aqsha.

Hati ketiga ustadz ini semakin meleleh selama safar, setiap kali bertemu anak-anak pengungsi terutama anak-anak yatim Suriah.

Di mana lagi tempat untuk berdebat, saat anak-anak balita yang ayah-ayahnya dibunuhi tentara rezim Basyar Assad berjalan pelan-pelan, lalu merebahkan tubuh-tubuh mungilnya di pangkuan para ustadz ini?


Ust. Felix Siauw dan Ust. Abdullah Hadrami.

Kelak, dan sampai hari ini, ketiganya adalah relawan sekaligus Penasihat Sahabat Al-Aqsha. Oleh Ustadz Musthafa Umar, Ustadz Felix Siauw juga dipersaudarakan dengan Ustadz Abdul Somad yang sedang masyhur. Di salah satu ceramahnya, Ustadz Abdul Somad yang anggota Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama Provinsi Riau ini mengisahkan kedekatannya dengan Ustadz Felix, “Bangga kali awak, dijemput mengisi pengajian di Jakarta dengan Pajero Sport. Apalagi yang menjemput itu Ustadz Felix Siauw. Dia itu Akhi, Saudaraku!!!”

Ustadz Abdul Somad (kanan) dan Ustadz Felix Siauw (kiri) 
Wahai seluruh hati, berpeganglah kuat-kuat pada tali Allah, berlemah lembutlah kepada saudaramu sesama Muslim, bersikap tegaslah pada kejahatan kufr dan syirik.

Semoga Allah melayakkan kita masuk dalam kategori mereka yang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam “Muhammadur Rasulullaah.. alladziina ma’ahu asyiddaa’u ‘alal kufaari ruhamaa’u bainahum..” (Sahabat Al-Aqsha)

Dikutip dari: Sahabatalaqsha dengan perubahan judul
Foto-foto: sahabatalaqsha.com

Share:

Daftar Berita

Blog Archive

Theme Support