Dirgahayu TNI ke-72 (sumber foto: ngopibareng.id) |
-
Kesaksian Jamaah Masjid Al Noor Saat Terjadi Penembakan
Sejumlah jamaah masjid Al Noor di Kota Christchurch, Selandia Baru, menyatakan belum bisa mempercayai apa yang baru saja mereka alami.
-
Menelaah Pernyataan TGB, Benarkah Mendukung Jokowi? Jangan Salah Paham...
Panasnya konstelasi politik tahun 2019 nanti sudah sangat terasa bahkan pada saat ini. Hal ini terlihat dari masing2 calon pendukung capres yang memuji jagoannya dan tak jarang mengejek dan membully pendukung dari calon lawan, meskipun pendaftaran capres sendiri masih belum dibuka.
-
Koalisi Keumatan Usulan Habib Rizieq Dinilai Baik Untuk Kemaslahatan Bangsa
"Usulan Habib Rizieq itu memang bagus, supaya bangsa negara bisa utuh, bisa menegakkan NKRI, bangun ekonomi, demokrasi, budaya dan lainnya. Umat harus bersatu, dengan demikian negara akan solid dan maju. Umat bersatu, insya Allah bangsa maju,"
-
Pria Muslim Selamatkan Bocah 4 Tahun Dengan Aksi Heroiknya
Seorang Muslim dianggap sebagai pahlawan oleh publik Paris setelah aksinya menyelamatkan bocah yang nyaris terjatuh dari balkon lantai empat sebuah gedung viral di media sosial.
-
Menteri Ini Imbau Muslim Cuti Selama Ramadhan Agar Tak Membahayakan Masyarakat, Alasannya Aneh Sekali
Menteri Integrasi Denmark Inger Stoejberg mengimbau Muslim untuk mengambil cuti selama Ramadhan agar tidak terjadi hal yang dapat membahayakan masyarakat.
October 3, 2017
Tema HUT TNI ke-72 "Bersama Rakyat TNI Kuat"
Dua Luka Bangsa, 1948 dan 1965
Pengambilan jenazah Pahlawan Revolusi di lubang buaya (sumber foto: ruanghati.com) |
Pasukan Sumarsono-Musso menghabisi para lawan. Mengincar mereka bila dianggap tak sejalan. Bahkan sampai menyerang kantor pemerintah dan pondok pesantren. Sejumlah tokoh dan alim ulama dieksekusi. Kejam. Pasukan itu berjuluk Tentara Merah.
Pasukan ini juga membantai Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo. Tokoh sekaligus gubernur pertama Jawa Timur. Gubernur Soerjo, biasa dia dipanggil. Tewas setelah dibantai dengan kejam. Dua perwira polisi kerap mendampinginya, juga tewas. Mereka ditelanjangi dan dibunuh. Padahal Gubernur Soerjo punya peran penting dalam mengobarkan perlawanan rakyat Surabaya melawan Inggris 10 November 1945.
Pemberontakan Madiun segera ditumpas. Soekarno-Hatta memerintahkan Kolonel Gatot Soebroto dan Kolonel Sungkono membasmi para avonturir tersebut. Pasukan TNI bergerak cepat. Merebut kota selama dikuasai pasukan komunis. Satu demi satu.
Musso tewas ditembak. Begitu pula dengan dedengkot PKI lainnya, Amir Syarifuddin bersama sejumlah kader PKI. Namun, kasus ini tak tuntas. Belanda keburu menyerang lewat agresi militer II. Fokus TNI berubah. Mereka lebih mempertahankan Republik Indonesia dari serangan penjajah. Sejumlah kader komunis lantas bisa melarikan diri.
Tahun 1954, Dipa Nusantara (DN) Aidit, Lukman dan Njoto merebut kepemimpinan PKI dari para komunis tua semacam Alimin. Mereka kembali membangun. PKI saat itu telah berantakan. Hasilnya mengejutkan. PKI tak cuma bangkit. Di Pemilu 1955, mereka mencuri posisi empat besar.
Kader dan simpatisan PKI terus bertambah. Diperkirakan saat memasuki awal tahun 1960, PKI memiliki 3 juta kader dan belasan juta simpatisan. Mereka merasa di atas angin. Apalagi politik Presiden Soekarno cenderung dekat dengan Uni Soviet dan China setelah keluar dari PBB.
PKI pun makin menyerang para lawan politiknya. Musuh terbesar mereka adalah TNI Angkatan Darat dan Umat Islam saat itu.
Halaman Selanjutnya
1 2 3