September 17, 2017

Diundang Myanmar, Jurnalis Temukan Fakta Menjijikkan Tentang Konfilk Rohingya

Pembakaran Desa Rohingya (sumber foto: tempo.co)
Gema Indonesia - Temuan mengejutkan didapat oleh jurnalis BBC yang meliput di wilayah konflik Rakhine. Sebelumnya sebanyak 18 jurnalis lokal dan asing diundang oleh pemerintah myanmar untuk meliput di wilayah konflik Rakhine. Tujuan untuk memberikan informasoi yang tidak sepihak mengenai etnis Rohingya.

Namun para jurnalis tidak diizinkan untuk melakukan liputan sendiri, mereka mendapat kawalan ketat dari aparat keamanan.

Bedasarkan pengamatan jurnalis, hampir seluruh desa yang dihuni oleh etnis minoritas Rohingya telah terbakar. Pemerintah Myanmar menuduh ARSA dan beberapa warga Muslim yang melakukan pembakaran. 




Ketika rombongan dibawa ke Maungdaw, para jurnalis mendapati beberapa warga hindu yang memenuhi tenda-tenda pengungsian. Rata-rata para pengungsi hindu itu mengungkapkan mereka korban penyerangan warga Muslim. 

Namun para jurnalis meragukan keaslian pengakuan para pengungsi hindu di Maungdaw, sebab pada saat liputan mereka dikelilingi oleh tentara bersenjata lengkap.

Pernyataan mereka juga terasa aneh, menurut jurnalis BBC, berbeda dengan kisah orang hindu yang telah melarikan diri ke Bangladesh bahwa mereka diserang oleh umat buddha Rakhine setempat karena menyerupai Rohingya.

Ketika beberapa biksu mengatakan bahwa Muslim telah membakar desa, mereka menunjukan foto-foto sebagai bukti. Terlihat beberapa orang berparas mirip etnis Rohingya berpose dengan ekspresi aneh di dekat rumah yang terbakar. 

Jurnalis menemukan bahwa salah satu wanita di foto itu sebenarnya adalah wanita hindu yang menjadi pengungsi di satu sekolah di Maungdaw.

"Mereka telah memalsukan foto agar terlihat seolah-olah umat Islam melakukan pembakaran," kata jurnalis BBC, seperti dilansir dari tempo.co (17/9/17).

Seorang tentara juga mengatakan bahwa ARSA telah menguasai desa-desa Rohingya dan memaksa satu pemuda dari setap keluarga untuk menjadi milisi. Mereka kemudian membakar desa-desa dan rumah-rumah mereka sendiri. Dia kemudian meminta jurnalis menanyakan hal itu kepada pengungsi Rohingya.

Namun jurnalis menduga pengungsi tersebut merupakan umat hindu yang berparas mirip etnis Rohingya. Beberapa warga Muslim di tempat tersebut juga tampak takut untuk membuka suara.

Seorang pemuda mengatakan dirinya ingin melarikan diri ke Bangladesh, namun para pemimpin mereka telah menandatangani sebuah kesepakatan dengan pihak berwenang untuk tetap tinggal.




Para jurnalis juga mengatakan bahwa hampir semua pemukiman yang dilewati tampak sepi dan yang ada hanya kepulan asap yang menjulang tinggi. Sewaktu-waktu mereka mengaku mendengar suara tembakan senjata.

Pembakaran desa Rohingya diduga dilakukan oleh polisi dan tentara Myanmar diperkuat dengan kebakaran yang tampak masih baru di sebuah perkampungan. Namun tepat di sebelah perkampungan itu terdapat pos polisi dan terlihat petugas tampak tidak peduli dengan kebakaran itu.

Terlihat beberapa pemuda berotot memegang pedang dan parang, berdiri di jalan setapak, bingung melihat 18 wartawan dan tubuhnya mulai berkeringat ketika para jurnalis mendekati pemuda-pemuda itu. Dua di antaranya tergesa-gesa lari menjauh.

Jurnalis berhasil melakukan percakapan singkat dengan salah satu dari pengungsi budha, yang mengaku bahwa telah membakar rumah dengan bantuan polisi.

Fakta itu memperkuat laporan penggiat HAM dari Human Rights Watch yang mengatakan pembakaran dilakukan militer setelah memaksa warga desa mengungsi dan langkah ini 'sepertinya menjadi modus untuk melakukan pembersihan etnik terhadap warga Muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine'.
Sumber: tempo.co


Share:

0 komentar:

Post a Comment

Daftar Berita

Blog Archive

Theme Support